David Pakpahan Blog ® Sebelum baca artikel ini admin ingin menjadi teman kamu dibeberapa jejaring social berikut :
Line & We Chat : georgedavid
Twitter : @davidpakpahan83
Instagram : @davidpakpahan
Skype : george.david08
Tambahkan saya yahh senang Berteman dengan anda ^^ jadi setelah promo langsung saja nih berikut ulasan topik kita ini
Jakarta - CNBC mencantumkan
tiga kota di Jepang dalam daftar
'World’s Most Expensive
Places to Live 2012'. Tokyo,
Osaka, dan Nagoya berturut-
turut menempati peringkat satu,
tiga, dan sepuluh. Tak hanya
tempat tinggal, kendaraan
pribadi, dan tempat parkir yang
harganya selangit. Makanan dan
minumannya juga mahal.
Hal ini tak hanya dirasakan oleh
wisatawan luar negeri,
melainkan juga oleh penduduk
setempat. Untuk bisa bertahan
hidup, mereka harus sangat
berhemat. Berdasarkan
informasi yang dilansir situs
Rocket News 24 (18/10/12),
pengeluaran rata-rata untuk
makan siang, minum-minum,
camilan, dan keperluan sehari-
hari turun hampir 50% dalam
20 tahun.
Dulu, mereka naik taksi secara
rutin dan kadang bersantap di
luar sampai enam kali sebulan.
Namun, kini mereka hanya
makan malam di restoran 1-2
kali per bulan. Untuk
transportasinya, mereka
mengandalkan kereta.
Pakar budget Yoko Hanawa dari
Yahoo! Jepang memberikan trik
mengatur keuangan bagi Anda
yang berencana tinggal lama di
Jepang. "Akhir-akhir ini, orang-
orang membawa tempat minum
pribadi," katanya. Dengan
demikian, mereka terhindar dari
keperluan membeli soft drink
dari minimarket dan vending
machine.
Rata-rata minuman botol
berharga 120 yen (sekitar Rp
14.500). Jika setiap hari kerja
mereka membeli satu botol,
berarti uang yang dikeluarkan
untuk minum saja setahun bisa
mencapai 36.000 yen (Rp 4,4
juta). "Hal kecil saja bisa
membuat perubahan besar kan?"
ujarnya.
Karena itulah, penjualan botol
minum di Jepang marak.
Berbagai ukuran dan desain
botol minum tersedia di toko-
toko pada beberapa tahun
terakhir. Apalagi penggunaan
botol minum berulang kali lebih
ramah lingkungan dibanding
botol plastik sekali pakai.
Bagaimana dengan anggaran
makan dan sosialisasi? "Banyak
anak muda membatasi
pengeluaran makan siang
sehari-hari. Mereka juga
mengontrol jumlah uang yang
dipakai untuk minum-minum
bersama kolega. Namun hal ini
bisa merugikan bagi kita," ucap
Hanawa.
Menurutnya, mengandalkan junk
food murah setiap hari dapat
membahayakan kesehatan kita.
Di lain pihak, jika kita di meja
kantor saja menyantap bekal
sementara yang lain ke luar
makan, risikonya kita terkucil
diri dari pergaulan dan
kehilangan informasi penting.
"Apa gunanya menabung setiap
hari kalau kita membuat diri
sendiri sakit karena terlalu
sering mengonsumsi garam,
karbohidrat, dan lemak?" kata
Hanawa. Lagipula, kalau kita
sakit, siapa yang mau
bersimpati atau mengerjakan
tugas kita di kantor kalau kita
tak lagi bergaul dengan mereka?
Makanya, Hanawa menyarankan,
seimbangkanlah penghematan
dengan kehidupan sosial.
"Makan siang di luar dua kali
seminggu, lalu bawa bekal di
lain hari. Namun, jangan terlalu
kejam pada diri sendiri sampai
berakibat negatif pada
kesehatan," jelasnya.
Untuk menghemat pengeluaran
belanja atau makan di luar,
pakailah kartu anggota tempat
yang sering didatangi. Biasanya
kartu ini disediakan gratis.
Andapun bisa mengumpulkan
poin yang nantinya bisa
ditukarkan dengan barang yang
dibutuhkan.
Hmm...patut kita tiru, Hemat
pangkal kaya ya shob
0 comments:
Post a Comment