David Pakpahan Blog ® Sebelum baca artikel ini admin ingin menjadi teman kamu dibeberapa jejaring social berikut :
Line & We Chat : georgedavid
Twitter : @davidpakpahan83
Instagram : @davidpakpahan
Skype : george.david08
Tambahkan saya yahh senang Berteman dengan anda ^^ jadi setelah promo langsung saja nih berikut ulasan topik kita ini.
Jakarta 12 April 2013 - Dalam dunia bisnis, kita sering dengar kata
"branding". Branding adalah konsep yang ternyata paling banyak salah
dimengerti dalam dunia pemasaran.
Branding bukanlah
periklanan dan bukan pula pemasaran atau humas. Branding adalah cara membentuk konsumen
potensial agar memandang Anda sebagai satu satunya pemecahan masalah mereka.
Begitu Anda dipandang
sebagai satu satunya, tidak ada tempat lain untuk berbelanja. Sedangkan Merek
adalah "kepribadian sejati perusahaan." Merek adalah apa yang dipikirkan
dan dikatakan konsumen.
Selain itu merek
adalah sebuah janji dan branding merupakan tindakan mewujudkan janji yang
dibuat perusahaan kepada dunia.
Berikut di bawah ini
adalah daftar 10 branding alias merek lokal Indonesia yang berhasil dihimpun detikFinance
dari berbagai sumber, Selasa (9/4/2013). Merek-merek ini behasil melakukan
branding sehingga menjadi besar melebihi ukuran perusahaannya sendiri bahkan
mendunia.
1. Ouval Research
Maraknya komunitas skateboard di Bandung membuat trio Rizki,
Maskom dan Firman, pada 1997 menciptakan Ouval Research. Tujuan semula adalah
untuk menyuplai peranti juga fesyen buat para skateboarder.
Kekuatan label ini
terletak pada koleksi kaosnya yang hadir dengan print unik dan erat sekali
dengan budaya street style yang dinamis, fun dan berjiwa muda. Dari kaos,
koleksi Ouval Research berkembang hingga ke aksesori, mulai dari tas, sepatu,
bahkan sampai MP3 dan otopet.
Kini Ouval Research
semakin memperlihatkan keseriusan dan kemajuan bisnisnya hingga mengekspor
produknya ke mancanegara seperti Singapura di butik Fyeweraz dan skateboard di
Jerman.
2. Le Monde

Le Monde diambil dari Bahasa Prancis yang artinya dunia.
Perusahaan ini merupakan bisnis keluarga memiliki yang didirikan oleh Zakiah
Ambadar (Jackie Ambadar) dengan aset Rp 13 miliar dengan omset Rp 3 miliar per
bulan.
Saat ini, perusahaan
perlengkapan bayi ini mempunyai 10 outlet yang tersebar di Jakarta, Bandung,
Bogor dan Malang. Selain memiliki banyak outlet, Le Monde telah melakukan
franchise sejak tahun 2001.
Kini produk produk Le
Monde sudah diekspor keberbagai negara di Asia, Australia, Jerman, hingga
negara Timur Tengah seperti Kuwait dan Bahrain. Berkat keberhasilannya menjaga
mutu prima, Le Monde pernah menyabet penghargaan Best Asean Infant Wear 2005.
3. Mimsy

Christyna Theosa, seorang mahasiswi Art Center College of
Design Pasadena, Perempuan kelahiran Tuban, 2 Januari 1982, sukses dengan tas
buatannya yang diberi nama label Mimsy pada 2004.
Ia banyak
bereksperimen dengan bahan dan warna untuk menciptakan desain yang elegan,
unik, dan classy, namun juga seksi dan funky. Ia mendesain clutch-nya dengan
bahan terbaik seperti kulit Italia, kain lace Jepang dan Prancis, pita sutra,
beludru, hingga kristal Swarovski.
Semua tas dan
clutch-nya juga dilapisi dengan bahan suede Italia dan satin. Tas-tas buatannya
ini dijual dengan kisaran harga Rp 1,5 juta hingga Rp 7 juta. Kini tas karyanya
bisa ditemui di Amerika (New York, Los Angeles, Chicago), Jepang, Malaysia, dan
tentunya Indonesia (Grand Indonesia Shopping Town).
4. Petersaysdenim

PeterSaysDenim adalah nama merek celana jins yang cukup
terkenal di Bandung, didirikan oleh Peter Firmansyah. Produk-produknya sudah
diekspor ke beberapa negara. Bahkan jins, kaus, dan topi yang menggunakan merek
PeterSaysDenim, bahkan dikenakan para personel kelompok musik di luar negeri.
Sejumlah kelompok
musik itu seperti Of Mice & Man, We Shot The Moon, dan Before Their Eyes,
dari Amerika Serikat (AS), I am Committing A Sin, dan Silverstein dari Kanada,
serta Not Called Jinx dari Jerman sudah mengenal produksi Peter. Para personel
kelompok musik itu bertubi-tubi menyampaikan pujiannya dalam situs
PeterSaysDenim
5. Al-Madad
Al Madad adalah merek cokelat yang digagas Sofihah dan mulai
dikenal pasar lokal sejak 2008 lalu. Sofihah memang berniat mengangkat kekhasan
lokal Banten dari produk cokelatnya. Mulai penamaan yang bernuansa religi dan
budaya khas Banten, hingga penggunaan bahan baku cokelat yang berasal dari
sejumlah pabrikan cokelat di Banten.
Sejumlah pabrikan ini
juga menggunakan bahan baku cokelat dari perkebunan yang ada di provinsi
berusia 10 tahun ini. Produk lokal cokelat Al Madad di bawah kepemimpinan Sofi,
membuktikan kemampuan bisnis skala kecil memenuhi permintaan konsumen dan
menarik kepercayaan perusahaan untuk menjadi mitra.
Dengan tambahan modal
dari mitra, Sofi mampu menambah produksi cokelat untuk tetap konsisten memenuhi
permintaan pasar. Dalam dua tahun, Al Madad dikenal sebagai produk unggulan
khas Banten, serta berhasil menggaet pasar di kota lain seperti Bandung,
Yogyakarta, dan Semarang. Bukan mustahil nantinya dark chocolate asli Banten
ini mendunia. Toh sejumlah produk impor nyatanya mengambil bahan baku dari
lahan yang sama, tanah Banten.
6. J.Co Donuts & Coffee

Johnny Andrean yang sebelumnya terkenal sebagai pengusaha
salon yang sukses. Tak kurang dari 168 jaringan salon dan 41 sekolah salon
dimilikinya, namun insting sang penata rambut kemudian membawanya terjun ke
bisnis makanan.
Sejak tahun 2003 ia
aktif mengembangkan J.CO. J.CO adalah produk dalam negeri dengan menggunakan
konsep dari luar negeri dan disempurnakan dengan modernisasi dan kualitas
terbaik. J.CO ditujukan untuk menyerbu pasar asing.
7. Klenger Burger

Pada awalnya adalah Velly Kristanti dan suaminya, Gatut
Cahyadi, ingin mencoba sebuah usaha sendiri, mereka pun nekat keluar dari
pekerjaan dan memulai bisnis sendiri tahun 2004, dari bisnis advertising
syariah, bisnis IT, ternyata semua berujung gagal.
Kebetulan pada
awalnya mereka punya usaha Pondok Sayur Asem di daerah Pekayon, Bekasi, yang
sempat tidak mereka pedulikan. Berawal dari situ, ide membuat makanan untuk
anak muda yang cepat, halal, dan nikmat pun terbersit dan burger dipilih
sebagai pilot project-nya.
Segala macam buku
tentang burger dipelajari hingga akhirnya Velly membuat sendiri burger yang
Indonesia banget. Terbuat dari roti yang lembut dan daging berurat serta saus
spesial, burger bikinan Velly ternyata digemari dan semakin laris dipesan.
Intinya, bikin orang
jadi ‘klenger’!. Begitulah nama ‘klenger’ akhirnya dikenal masyarakat,
khususnya anak muda yang menjadi target market Klenger Burger.
8. Es Teller 77

Es Teler 77 bermula ketika Murniati Widjaja memenangkan
juara kompetisi memasak dengan membuat minuman tradisional Indonesia itu. Saat
itu pada 1982, Murniati dengan dukungan suaminya membuka restoran khusus es
teler yang diberinya nama Es Teler 77. Dua angka di belakang bukan tanpa makna.
Bagi keluarga Widjaja, 77 merupakan nomor keberuntungan. Modal Rp 1 juta
dipakainya untuk mendirikan tenda kecil di emperan pusat perbelanjaan Duta
Merlin, Harmoni, Jakarta Pusat. Terkadang, dagangannya terpaksa tutup ketika
hujan mendera dan genangan mulai meninggi. Pada 1987, franchise pertama dibuka
di Solo Jawa Tengah. Namun saat ini, Es Teler 77 telah mencapai 180 cabang dan
mempekerjakan dua ribu orang, hampir di seluruh provinsi ada. Tak hanya di
dalam negeri, Es Teler 77 telah go international ke Singapura dan Australia,
masing-masing tiga outlet. “Kami sedang bersiap merambah Beijing dan Jeddah
dengan mengikuti pameran di sana pada Mei ini,” kata Anton yang merupakan
generasi kedua dari bisnis ini.
9. Partner in Crime

Fahrani memang sudah malang melintang di dunia modeling
Internasional. Namun cewek bernama lengkap Fahrani Pawaka Empel ini ternyata
punya insting bisnis yang baik. Yaitu merek sepatu buatannya, Partner In Crime.
bisnis sepatu wanitanya berlabel Partner in Crimes, mendapat sambutan positif
dari publik, baik lokal maupun international. Karakter yang rebellious dengan
detail stud yang sangat digemari wanita urban mendominasi desainnya, yang tak
hanya kondang di Bali. Disalurkan lewat butik multibrand di Jakarta, merek ini
sudah berekspansi ke Ibiza, spanyol. Rencananya kedepan giliran Australia yang
bakalan ‘ditodong’. Merek ini siap menjajah benua Kangguru.
10. Hatten Bali Wine

Wine yang beredar di Indonesia masih didominasi produk
Impor, tetapi ada Wine Lokal yang mutunya tak kalah dengan impor yaitu Hatten
Bali Wines. Wine ini mulai diproduksi oleh anak negeri asal Bali bernama I B
Rai Budarsa tahun 1994. Gus Rai, panggilan akrabnya, sungguh tak asing dengan
ilmu membuat minuman dari anggur, lantaran keluarganya sudah membuat brem dan
arak Bali sejak tahun 1960-an, plus latar belakang pendidikannya di jurusan
food processing, dan ia memang pecinta wine. Anggur-anggur didatangkan dari
vineyard alias ladang anggur pribadi seluas 14,5 hektar yang berlokasi di
Singaraja, Bali. Tidak hanya vineyard, Hatten juga mempunyai winery untuk
memproduksi lebih dari 8 jenis wine, dan itu membuat Hatten Wines menjadi
winery pertama di tanah air yang bisa dikatakan 100% Indonesia. Hatten Wine
Rose hingga kini menjadi produk andalan dari Hatten Wine, dan sempat
memenangkan penghargaan di London pada tahun 2003. Ekspor Hatten Wines kini
sudah mencapai negara-negara Eropa seperti Belgia, Inggris dan Belanda, serta
Singapura hingga Maladewa.
0 comments:
Post a Comment