David Pakpahan Blog ® Sebelum baca artikel ini admin ingin menjadi teman kamu dibeberapa jejaring social berikut :
Line & We Chat : georgedavid
Twitter : @davidpakpahan83
Instagram : @davidpakpahan
Skype : george.david08
Tambahkan saya yahh senang Berteman dengan anda ^^ jadi setelah promo langsung saja nih berikut ulasan topik kita ini.
Salah satu yang menjadi masalah dari penggunaan minyak goreng adalah limbah yang dihasilkannya. Di jepang, pembuangan limbah minyak goreng sebagian besar berasal dari minyak goreng nabati. Total limbah tersebut diperkirakan sekitar 410.000 ton per tahun. Kurang lebih sebanyak 260.000 ton berasal dari para pengelola atau pedagang makanan seperti pabrik makanan, restoran, dan pabrik pengolahan, sedangkan sekitar 250.000 ton lainnya berasal dari limbah rumah tangga. Limbah minyak goreng yang berasal dari pedagang makanan biasanya dikumpulkan oleh pedagang pengumpul minyak goreng bekas untuk didaur ulang menjadi bahan dasar sabun, pupuk, pakan hewan, dan cat.
Namun yang menjadi masalah adalah limbah minyak goreng yang berasal dari limbah rumah tangga. Hanya sebagian kecil masyarakat yang berniat mengumpulkan limbah minyak goreng. Sementara sebagian besar lainnya lebih memilih untuk membuang begitu saja limbah minyak goreng tersebut dengan cara yang sama seperti sampah dapur lainnya. Padahal pembuangan limbah minyak goreng tanpa melalui treatment tertentu dapat membahayakan. Terutama jika limbah minyak goreng tersebut dibuang ke dalam saluran air karena sifatnya yang nonpolar sehingga tidak bisa larut pada air yang bersifat polar. Hal ini dapat menyebabkan kualitas air menurun dan biota-biota air turut tercemar.
Pada beberapa tahun terakhir, di Jepang telah berkembang pergerakan masyarakat untuk mendaur ulang limbah minyak goreng yang berasal dari rumah tangga menjadi Bio-diesel Fuel (BDF) atau bahan bakar bio-diesel. Berdasarkan artikel dari Farming Japan vol. 42-1 hal.28-30 tahun 2008, telah terjadi peningkatan kesadaran bersama dan pendaur-ulangan limbah minyak goreng, dari yang tadinya hanya sekitar 10.000 ton minyak goreng dari limbah rumah tangga yang didaur ulang untuk pembuatan bahan bakar di tahun 2002, hingga meningkat menjadi 20.000-30.000 ton pada tahun 2006. Bahkan kemungkinan limbah minyak goreng dyang dapat dikumpulkan menjadi 100.000 ton per tahun.
Seperti yang telah kita ketahui, sumber bahan bakar minyak bumi semakin berkurang seiring pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi. Bila masyarakat hanya menggantungkan kebutuhan energi bahan bakar minyak untuk kehidupan sehari-hari, seperti untuk bahan bakar tenaga motor dan transportasi hanya dari minyak bumi saja, maka dapat dipastikan sumber energi yang berasal dari fosil ini akan habis hanya dalam beberapa tahun mendatang. Oleh karena itu perlu ditemukan suatu upaya alternatif lain, yaitu salah satunya dengan mengembangkan sumber energi yang berasal dari nabati yaitu biodiesel yang merupakan limbah dari minyak penggorengan.
Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono-alkyl ester dari rantai panjang asam lemak. Biodiesel memiliki sifat pembakaran yang mirip dengan diesel (solar) dari minyak bumi, dan dapat digunakan untuk menggantikannya. Namun, biodiesel lebih sering digunakan sebagai penambah untuk diesel petroleum, meningkatkan bahan bakar diesel petrol murni ultra rendah belerang yang rendah pelumas. Biodiesel merupakan kandidat yang paling tepat untuk menggantikan bahan bakar fosil sebgai sumber energi transportasi utama dunia karena berasal dari sumber daya yang dapat diperbaharui.
Selain sebagai biodiesel atau alternatif bahan bakar fosil, sebuah penelitian dari mahasiswa prodi Pendidikan IPA, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta juga menemukan bahwa limbah minyak goreng atau biasa disebut minyak jelantah dapat dimanfaatkan menjadi pembersih lantai. Penemuan yang disebut sebagai Karbol Milan (singkatan dari Karbol Minyak Jelantah) ini diproduksi dalam beberapa varian aroma, kemudian dikemas dalam plastik botol bening berukuran 600 ml yang disertai dengan label produk dan petunjuk penggunaan.
Proses produksi Karbol Milan dibagi menjadi tiga tahapan yaitu tahap penjernihan minyak jelantah, tahap pembuatan karbol, dan tahap pengemasan produk. Karena bahan dasarnya adalah limbah minyak jelantah, maka biaya produksinya sangat terjangkau dan dapat digunakan terutama untuk gedung-gedung besar yang setiap harinya membutuhkan karbol pembersih lantai dengan jumlah besar.
Selain sebagai biodiesel atau alternatif bahan bakar fosil, sebuah penelitian dari mahasiswa prodi Pendidikan IPA, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta juga menemukan bahwa limbah minyak goreng atau biasa disebut minyak jelantah dapat dimanfaatkan menjadi pembersih lantai. Penemuan yang disebut sebagai Karbol Milan (singkatan dari Karbol Minyak Jelantah) ini diproduksi dalam beberapa varian aroma, kemudian dikemas dalam plastik botol bening berukuran 600 ml yang disertai dengan label produk dan petunjuk penggunaan.
Proses produksi Karbol Milan dibagi menjadi tiga tahapan yaitu tahap penjernihan minyak jelantah, tahap pembuatan karbol, dan tahap pengemasan produk. Karena bahan dasarnya adalah limbah minyak jelantah, maka biaya produksinya sangat terjangkau dan dapat digunakan terutama untuk gedung-gedung besar yang setiap harinya membutuhkan karbol pembersih lantai dengan jumlah besar.
“Karbol merupakan produk pembersih lantai yang banyak digunakan oleh masyarakat. Produk pembersih lantai merupakan kebutuhan bagi rumah tangga dan seluruh gedung instansi, lembaga atau pusat perbelanjaan, gedung-gedung besar setiap hari membutuhkan karbol pembersih lantai dengan jumlah yang cukup banyak sehingga dibutuhkan anggaran yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan pembersih lantai.
Karbol Milan mempunyai kelebihan dibandingkan dengan produk karbol lain yang ada. Karbol Milan menggunakan bahan limbah minyak goreng sehingga harganya lebih terjangkau. Dengan harga yang sangat ekonomis, potensi Karbol Milan untuk diterima pasar sangat besar. Dengan kualitas yang tidak mengecewakan, tetapi lebih murah dari produk karbol lainnya.
“Saat ini konsumen sangat berhati-hati dalam membeli produk, dan harga merupakan faktor utama yang menjadi pertimbangan,”
"Selain itu, produk ini juga belum dikenal masyarakat luas sehingga diperlukan strategi promosi dan pemasaran guna memperkenalkan produk ini. Strategi promosi dan pemasaran yang telah kami lakukan baru melalui media internet, pamflet, gelar produk, demo produk, dan menjalin kemitraan,"
Ternyata limbah minyak goreng merupakan limbah dengan banyak manfaat. Oleh karenanya, mari kita mulai mencoba untuk mengolah limbah jelantah ini. Selain untuk melestarikan lingkungan, juga dapat memberikan nilai tambah.
0 comments:
Post a Comment